Buku-buku yang Aku Baca

Isabella Kirei
3 min readSep 15, 2023

--

alasan mengapa harus membagikan buku yang kita baca

Photo by CHUTTERSNAP on Unsplash

Bagaimana jika seseorang bertanya tentang buku-buku yang kau baca? Bisakah kamu secara jujur memberikan listnya? Atau… kamu memilih menyebutkan beberapa saja. Beberapa judul yang paling berkesan, yang ingin kau rekomendasikan pada yang bertanya?

Kompilasi, sebuah grup komunitas menulis, di grup Facebook, saat itu aku ditanya dan diperintahkan untuk menyebutkan 100 buku yang pernah aku baca. Perasaan pertama, senang, tertantang. Pertanyaan itu menjadi jembatanku mengingat ulang masa-masa saat aku begitu menyukai buku, dan gemar membaca. Seolah aku diingatkan, apa kabar sekarang? Sebegitukah sulitnya meluangkan waktu membaca? Dulu kamu setiap istirahat ke perpus, pinjam atau mengembalikan buku, begadang untuk menamatkan buku, kenikmatan membuka lembaran-lembaran buku.

Selanjutnya, aku jadi sadar, bahwa buku-buku yang aku baca juga bagian masa laluku, menyimpan “rahasia” diriku. Maka saat itu, buku-buku yang kukirimkan judul dan pengarangnya, sebenarnya bukan list penuh yang kuingat, tapi merupakan seleksi dari buku-buku yang pernah kubaca. Sebagian buku lain yang pernah kubaca, ingin kusembunyikan saja, memberitahu orang lain tentangnya ibarat membuka rahasia tentang diri.

Setelah itu… aku mulai hati-hati memberitahu orang lain tentang buku-buku yang aku baca. Membagikan daftar buku yang aku baca itu semacam berbagi rahasia, tentang topik yang kita minati, serta pemikiran yang kita miliki. Belum lagi, aku takut, saat kusebutkan buku-buku itu, orang lain akan mulai menghakimiku. Jika buku-buku yang aku baca merupakan buku pemikiran A, mereka akan mengira aku seorang A. Atau jika buku-buku yang aku baca hampir semuanya homogen, aku mungkin dikira sebagai seseorang yang pemilih, tidak berpikiran terbuka. Aku tahu ini cuma ketakutanku saja, tapi nyatanya, pemikiran itu berhasil membuatku menahan diri untuk menyebutkan buku-buku yang aku baca.

Sampai suatu sore, atau siang.. Sebuah pemikiran baru muncul, dan membuat jemariku bergerak menulis draft tulisan ini.

Buku-buku yang aku baca, benar merupakan bagian dari diriku, masa lalu, dan juga masa kini-ku. Ia bisa juga jadi sebuah rahasia yang ingin aku sembunyikan. Tapi… tidak bisakah aku berpikir bahwa buku adalah buku? Bukan rahasia. Jika bukunya baik, mengapa tidak kau sebutkan dan rekomendasikan pada temanmu, pada kakak atau adikmu, pada orang lain di luar sana, yang sedang memulai perjalanan membacanya?

Saat itu, aku paham. Selama ini aku terlalu fokus pada diriku, egois dan memilih merahasiakannya. Saat itu aku paham, sebelumnya aku terlalu fokus pada diriku, ketakutanku untuk dinilai dan dihakimi lewat buku-buku yang aku baca. Aku lupa, barangkali saat aku memberitahu orang lain tentang buku-buku yang aku baca, fokus mereka bukan padaku, tapi pada buku-buku tersebut.

Persis seperti saat aku membagikan ayat quran yang aku baca, artinya, sedikit yang aku pahami, dan refleksi yang kudapat dari ayat tersebut. Fokus pembaca adalah pada ayatNya, bukan padaku.

Jadi… kedepannya, semoga aku lebih sering menulis tentang buku yang sedang atau sudah aku baca. Atau bahkan sekedar menyadur paragraf yang berkesan dari buku yang pernah atau sedang aku baca. Semoga hal kecil itu, bisa menjadi amal baik, bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Selanjutnya aku juga harus berdoa dan berusaha agar hal baik tidak hangus sia-sia karena bengkoknya niat.

Terakhir, maukah kamu memberitahuku tentang buku-buku yang kau baca? J

--

--

Isabella Kirei

I am muslimah | @betterword_kirei; tak sekedar kata, ia mengubah, menginspirasi, mengajak tuk menjadi lebih baik.